Saturday, June 27, 2015

Perbedaan Website Bagus dan Tidak Bagus

Sabtu, 27 Juni 2015

Perbedaan Website Bagus Dan Tidak Bagus

Kriterie website yang bagus itu yang seperti apa ya?




  • Waktu loading yang cepat
  •                                                              
    Dari sudut pandang manapun, waktu loading yang cepat harus menjadi perhatian utama. Apabila wesite Anda gagal ditampilkan dengan sempurna dalam waktu beberapa detik, biasanya pengunjung baru enggan berlama-lama menunggu dan memutuskan untuk meninggalkan website/blog Anda. Biasanya ini terjadi pada pengunjung yang berasal dari hasil pencarian dimana mereka membutuhkan informasi yang tepat dan singkat.


  • Tidak memiliki halaman antara
  •                                     
    Halaman antara adalah halaman yang ditampilkan sebelum halaman utama ditampilkan yang biasanya disebut dengan Splash Page atau Intermission. Halaman seperti ini biasanya berisi ucapan selamat datang atau bahkan iklan. Halaman seperti ini sering ditemukan, seringkali hanya berisi logo website/blog dengan tulisan “Click here to Enter Site” di bawahnya. Hal ini sungguh mengganggu bagi pengunjung website Anda.


  • Tidak memuat file multimedia yang terlalu banyak
  •                                                   
    Video dan audio adalah konten multimedia yang cukup mengganggu pengunjung dan memang tidak efektif. Biasanya pengunjung akan langsung mengecilkan volume atau bahkan menutup website/blog Anda. Apabila file multimedia memang diperlukan, buat agar file tersebut tidak langsung dijalankan pada saat website dibuka dan tambahkan link untuk mengaktifkan file multimedia tersebut. 
    Bentuk lain yang cukup mengganggu adalah gambar animasi, sebisa mungkin tempatkan gambar animasi di luar konten utama website Anda sehingga pengunjung tidak terganggu ketika berusaha membaca konten tersebut.


  • Memberikan pesan, kesan dan tautan yang jelas
  •                                                            
    Pengunjung akan segera meninggalkan website/blog Anda jika mereka tidak mendapatkan kejelasan tentang apa yang ditawarkan pada website Anda. Berikanlah informasi yang cukup pada halaman website Anda mengenai isi website tersebut seperti judul yang cukup jelas dibaca dan menginformasikan isi halaman website Anda. Berikan tautan (link) yang menuju halaman-halaman lain pada website Anda. 
    Tempatkan tautan ini pada tempat yang mudah dijangkau dan jelas terlihat. Hindari pemuatan tautan yang menuju halaman website yang masih dalam pengembangan. Sebagai alternatif, berikan pesan yang menyebutkan bahwa halaman tersebut akan dapat diakses pada jangka waktu tertentu.


  • Memiliki desain dengan struktur yang tepat dan mudah dimengerti
  •                                                         
    Tentukan struktur penempatan konten website seperti header, footer, menu navigasi dan blok iklan. Usahakan struktur tersebut sama pada setiap halaman sehingga pengunjung tidak dibuat bingung dengan misalnya, menu yang berpindah-pindah.


     




    Tampilan Home :


    Ini adalah contoh tampilan home yang baik, dengan tema "musik" cocok dengan backgroundnya yang memperlihatkan seorang musisi sedang performe diatas stage ditambah lagi dengan selogannya yang besar bertuliskan "Dengarkan Musik Dan Cari Tahu Tentang Mereka". Sangat jelas bahwa website ini memiliki kumpulan-kumpulan musik serta info para musisi yang terkait.


    Ini adalah contoh tampilan home yang tidak baik, dengan tema "musik" tetapi tidak cocok dengan backgroundnya yang malah berupa foto makanan. Font dan juga warna dari selogan pada home page tersebut kurang menarik bahkan terkesan norak. Kata-kata dari selogannya cukup jelas namun kurang memberi kesan "menarik".


    Konten - Konten :


    Pada "Music One" sangat jelas dan tidak bertele-tele. Simple dan mempermudah user untuk berpindah dari suatu konten ke konten yang lainnya. Juga penempatannya yang sesuai. Dengan warna Hijau menyala yang dapat mempermudah para user mengetahui sedang berada di pages mana.


    Pada "STOP MUSIC EVERYDAY LOW MEDIA" terlihat dari awal sudah tidak bagus dalam segi penataan, dimana "HOME" diletakkan diantara news dan contact bukan di urutkan dipaling depan. Hal ini sudah jelas membuat user merasa risih.


    Pada pages "artist" di "Music One" Terlihat bagus, rapih dan menarik. Dengan foto yang berukuran cukup besar dan juga Headline yang membuat pembacanya sekilas mengetahui siapa sosok dibalik gambar tersebut. Terlihat juga dibagian artist, bahwa backgroundnya telah berubah atau berbeda dari pages home tetapi masih dengan tema yang sama "Hitam putih dan simple". Ini akan memberi kesan bahwa user telah memasuki konten-konten yang sebenarnya dari "Music One".


    Pada pages "artist" di  "STOP MUSIC EVERYDAY LOW MEDIA" Terlihat gambar yang sangat besar bahkan seakan-akan melebar dan tidak melihatkan jelas gambar apa yang dimaksud. Backgroundnya juga yang telah berganti dengan komposisi putih terang namun memiliki patern bulu berwarna-warni yang kurang enak untuk dipandang.

    \
    Masih di pages "artist" di "Music One" Jika user memilih dengan cara "klik" pada salah satu foto artist tersebut maka akan berubah tampilannya menjadi lebih fokus dengan gaya blur dibelakangnya, membuat user benar-benar fokus membaca informasi apa yang dapat diserap dari foto tersebut.


    Dan masih di pages "artist" di "STOP MUSIC EVERYDAY LOW MEDIA". Terlihat sangat buruk gambar yang menjadi tidak jelas karena ukurannya yang tidak presisi dan juga font untuk informasinya yang terlalu kecil serta membuat user tidak nyaman untuk membacanya.


    Berikut kita beralih ke pages "Music" di "Music One" dimana para user dapat melihat update dimulai dari "Top Playlist" yang jika ditekan tombol "listen" akan langsung dialihkan ke original artist song di soundcloud.com. Ada juga ulasan beberapa dari soundcloud dan juga youtube yang pasti sangat membuat para user tidak bosan karena bisa memilih untuk mendengarkan lagu saja atau bisa dengan cara menonton video dari youtube yang sudah tersedia. Dapat dilihat juga bahwa mungkin secara tidak sadar backgroundnya tidak berganti. Ini memberi kesan bahwa konten yang disuguhkan memiliki tema tertentu yang membuat usernya merasa tidak kemana-mana dan masih berada pada situs yang sama.


    Ini adalah pages "Listen" yang berada di "STOP MUSIC EVERYDAY LOW MEDIA". Disini user kurang mendapatkan informasi yang maksimal. Lihat saja update lagunya hanya ada 3 dan "Track of the week" hanya ada satu. Disini juga terlihat background yang selalu berganti-ganti membuat berat saat berpindah dari satu pages ke pages yang lain. Warnanya juga yang mulai tidak jelas, dari putih cerah menjadi hijau yang pastinya membuat user merasa kurang nyaman.


    Jadi gimana kesimpulannya ?

    Jadi dapat disimpulkan bahwa website yang baik adalah "MUSIC ONE" dan yang tidak baik/ jelek adalah website "STOP MUSIC EVERYDAY LOW MEDIA". Untuk mendapatkan website yang baik/bagus yang terpenting adalah konten yang simple dan penempatannya yang presisi jadi enak dilihat dan tidak membingungkan pengguna. Buat juga tema yang jelas. Jangan membuat seakan-akan dalam suatu website memiliki banyak tema karena akan membuat user kurang nyaman merasa sedang berpindah-pindah website. Perhatikan juga kriteria membuat website yang baik itu bagaimana, yang seperti sudah kalian baca diatas.

    Wednesday, June 17, 2015

    Resume Film The Pirate Bay Away From Keyboard

    Dimulai dari hari menjelang persidangan dimulai, Fredrik Neij terlihat mengemasi perangkat komputer ke dalam mobil Volvo tuanya untuk dibawa ke ruang server rahasia, tempat server TPB berada. Sepanjang jalan dia mulai cerita soal apa yang bakal mereka hadapi di persidangan, dimana dia dan teman co-foundernya yang lain, Peter Sunde Kolmisoppi dan Gottfrid Svartholm Warg berhadapan dengan tuntutan ganti rugi sebesar 13 juta USD dari Hollywood atas kasus pelanggaran hak cipta.

    ORANG DALAM FILM TERSEBUT

    Buat generasi muda sekarang ini, mungkin ngga mengherankan kalo ngerti kenyataan bahwa The Pirate Bay bukanlah badan usaha atau organisasi besar yang punya kantor, punya strata organisasi yang rapi, dimana para karyawannya masuk dari jam 9 pagi dan pulang jam 5 sore. TPB cuma terbentuk dari inisiatif segelintir IT geek yang ngobrol via layanan chatting di dunia maya.

    Tapi bagi generasi seumuran orang tua kita, mungkin konsep ini dianggep ngga lazim karena berbeda dari standar yang berlaku di masa (muda) mereka. Mungkin juga kalo orang tua kita ditanya tentang seperti apa gambaran sebuah studio game indie menurut mereka, pastinya yang kebayang adalah studio game besar yang dipenuhi banyak orang yang berprofesi sebagai developer dan terorganisir dengan struktur perusahaan yang rapi. Padahal belum tentu. Developer yang bekerja dalam sebuah studio game indie bisa jadi cuma terdiri dari 2-3 orang. Bahkan belum tentu mereka punya tempat studio khusus untuk bekerja karena semua dikerjakan dari rumah masing-masing.

    The Pirate Bay: Away from Keyboard dengan gamblang menjadikan segelintir co-founder TPB sebagai pusat perhatian yang tentunya bisa menjawab pertanyaan sebagian orang, terlebih para pengguna situs layanan TPB tentang orang-orang yang berada di baliknya.

    HUKUM KEBEBASAN BEREKSPRESI DI SWEDIA


    Swedia adalah negara demokrasi parlementer, yang berarti bahwa semua hasil kekuasaan publik berasal dari masyarakat. Di tingkat nasional, orang-orang yang diwakili oleh Riksdag (parlemen Swedia) adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan legislatif. Pemerintah menerapkan keputusan Riksdag dan menarik proposal untuk menentukan undang-undang baru atau amandemen hukum.

    Berdasar dari landasan hukum inilah yang jadi motif Peter, Fredrik, dan Gottfrid untuk membentuk TPB. Mereka percaya bahwa tiap orang berhak punya kebebasan hak untuk berbicara, berekspresi, menyampaikan dan mendapat informasi, menyelenggarakan demonstrasi, membentuk partai politik maupun kelompok agama. Dengan ketetapan hukum atas hak yang dimiliki warga Swedia inilah kehidupan bermasyarakat secara terbuka untuk mengetahui kinerja Riksdag, pemerintahan, serta lembaga-lembaga publik dijamin kebebasannya.

    Tapi kasus tuntutan dari pihak Hollywood tentang hukum pelanggaran hak cipta sepertinya mampu menggoyahkan hukum kebebasan berbicara dan berekspresi masyarakat Swedia. Dalam film The Pirate Bay: Away from Keyboard ini, perseteruan antara pihak TPB dan Hollywood digambarkan mirip David melawan Goliath, dimana segelintir orang yang ngga terorganisir berhadapan dengan organisasi raksasa yang punya kekuatan untuk melumat "David" dengan mudah. Terbukti dalam salah satu potongan adegan dimana para anggota persidangan seperti hakim dan jaksa penuntut dalam kasus yang menimpa para co-founder TPB ini ternyata berasal dari satu organisasi yang sama yang justru berat sebelah dan cenderung mendukung perwakilan pihak Hollywood. Jadi bukan hal yang mengherankan kalo putusan hakim terkesan bias dan cenderung menguntungkan salah satu pihak.

    POLEMIK SEPUTAR HUKUM PELANGGARAN HAK CIPTA

    Kalo dilihat secara mendasar, pihak TPB bisa dibilang ngga melanggar hukum hak cipta karena pada mulanya TPB hanya berperan sebagai wadah bagi para penggunanya supaya bebas menyampaikan informasi dalam bentuk apapun. Sayangnya seringkali kebebasan ini disalahgunakan oleh pengguna dengan mengunggah informasi atau konten yang mengandung hak cipta yang tata cara peredarannya dilindungi oleh hukum. Seharusnya kalo pihak perwakilan Hollywood ingin menuntut ganti rugi, para pengguna yang melanggar inilah yang harusnya dipanggil ke persidangan.

    Sebenernya ada sisi positif yang ada dibalik penyebaran konten yang dilindungi hak cipta. Berbagai metode penyebaran, termasuk dalam bentuk torrent sebenernya justru membantu pemilik konten untuk menyebarluaskan karyanya ke sudut-sudut pelosok dunia yang ngga terjamah oleh sistem distribusi dari pihak distributor resmi. Bisa jadi hal ini disebabkan karena ada daerah-daerah tertentu yang memiliki hukum pembatasan dan larangan peredaran suatu konten yang membatasi warganya untuk bisa menikmati konten karya cipta dari luar daerahnya. Harusnya sang pemilik karya ikut seneng karena keberadaan karyanya bisa tersebar dengan jangkauan lebih luas meski secara ngga resmi.

    Yang sering disalahgunakan adalah kewenangan yang dimiliki masyarakat untuk menyebarluaskan karya yang dilindungi hak cipta ini dengan cara menjual ulang tanpa sepengetahuan dan izin dari sang pemilik karya. Dengan kata lain oknum-oknum ngga tahu malu inilah yang menjual barang bajakan dan secara langsung melanggar UU tentang hak cipta.